Wah wah wah....akhirnya tiba juga saya membuat tulisan tentang kebudayaan
yang benar-benar saya sulit pahami. Kenapa saya sangat sulit mamahaminya?
Karena pembahasan tentang budaya tapi sangat lah sulit menjelaskannya. Jadi
mari kita mulai dari manusia terlebih dahulu.
Manusia tak ada habisnya memerlukan dan bergantung pada hal-hal yang ada
yang telah menyusun kehidupan manusia itu sendiri. Manusia bergantung pada
harapan, pada tanggung jawab, pada keadilan, dan lain sebagainya dikarenakan
manusia hidup sebagai mahluk sosial. Manusia tak hanya seonggok daging yang tak
bisa apa-apa. Manusia memiliki tulang dan akal yang membantunya untuk
mengembangkan kebudayaan yang mereka miliki.
Dan kebudayaan itu sendiri berasal dari kata budi dan daya. Yang artinya daya
dan upaya manusia untuk membantu kehidupan manusia itu sendiri. Entah memabntu
membuat otak jadi lebih fresh atau membantu manusia dalam kegiatan lainnya.
Di Bali sistem pengairan subak dibuat untuk mengatur ratanya air yang
keluar agar pembagian air terjadi secara adil. Subak dibuat sebagai metode baru
dari irigasi. Jika pada pengairan irigasi petani harus menanam padi sesering
mungkin dengan mengabaikan kebutuhan petani lain, berbeda dengan subak yang
mementingkan kebutuhan para petani-petaninya. Pengairan tersebut juga merupakan
budi daya dari manusia yang ingin membuat hidupnya lebih mudah.
Tari-tari juga merupakan bentuk dari kebudayaan, silat pun begitu. Banyaknya
tari di Indonesia merupakan wujud budi daya manusia juga terhadap keindahan
wanita-wanita Indonesia. Gerak lemah gemulai yang ditarikan bukan berarti tidak
apa-apa melainkan melambangkan gerak lemah lembutnya seorang wanita tapi jelas
dan tegas terlihat dari tariannya.
Pengalaman yang akan saya ceritakan kali ini adalah ketika saya menghadiri resepsi
pernikahan saudara saya. Disana diadakan
pula silat betawi yang merupakan satu dari sekian banyak kebudayaan asli betawi
yang masih bertahan hingga saat ini. Gerakan sang pesilat sungguh terlihat
tegas tapi berhati-hati yang kira-kira mempunyai maksud “saya akan memberi
jalan masuk, tetapi sebelumnya hadapi dulu saya dan buat saya terkesan dengan
silat anda”. Dan itu yang menjelaskan bahwa pada silat betawi yang diadakan
pada pernikahan orang-orang betawi tidak ada yang mati terbunuh, dan selalu
pesilat dari pengantin pria lah yang akhirnya menang. Padahal kayanya bakal
seru tuh, bakal heboh pula kalo jagoan silat dari pengantin prianya kalah. ahahaha...kira-kira
gimana ya kalo itu terjadi, bisa-bisa ga jadi masuk tuh pengantin prianya, trus
acara resepsinya gagal deh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar